Hujan, Antara Berkah Dan Rasa Cemas

  • Whatsapp
Ruas jalan Hasan Arif, Kecamatan Banyuresmi tergenang air setelah hujan deras mengguyur kawasan kota Garut, Rabu (27/3/2019). Foto : Evan SR/Kabar Nusantara

Sebagai sebuah fenomena alam dan telah menjadi siklus alam, hujan bisa dipandang sebagai sebuah proses alami yang tak bisa dihindari. Bahkan, hujan bisa dipandang sebagai sebuah fenomena alam untuk memberi keseimbangan alam beserta semua isinya.

Karenanya, tak salah jika ajaran Agama Islam melihat hujan adalah sebagai berkah dan rahmat bagi umat manusia. Hujan, memberi berkah kepada seisi alam. Hingga, kehadirannya tentu amat dinanti-nantikan oleh alam dan seisinya.

Bacaan Lainnya

Namun, belakangan ini hujan sebagai sebuah fenomena dan siklus alam seringkali menjadi “kambing hitam” dari berbagai bencana alam yang terjadi. Hujan, kerap dituding menjadi penyebab dari bencana alam berupa banjir dan longsor.

Garut Diguyur Hujan, Banjir Rendam Jl. Hasan Arif

Karenanya, di musim penghujan saat ini, begitu hujan turun dengan deras. Tak sedikit rasa cemas datang. Cemas hujan akan diikuti dengan datangnya bencana alam seperti banjir dan longsor.

Sebagai sebuah fenomena dan siklus alam yang tak bisa dihindari, hujan adalah berkah dan rahmat bagi alam dan seisinya, termasuk umat manusia. Fakta ini, tak bisa dibantah dan tak perlu diperdebatkan panjang lebar.

Soal bencana alam yang mengikuti datangnya hujan, ini yang tampaknya menjadi ruang bagi umat manusia melakukan kajian-kajian. Manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan, telah belajar banyak soal bagaimana proses hujan terjadi. Bahkan, manusia pun telah mampu membuat hujan buatan.

Namun, kemajuan ilmu pengetahuan yang bergerak begitu cepat dewasa ini pula, membuat hujan yang turun ke bumi sebagai rahmat dan berkah bagi alam dan seisinya, menjadi bencana alam bagi manusia. Bencana, yang timbul akibat fenomena alam yaitu hujan.

Alam dan seisinya, telah mempunyai hukum sendiri. Mereka, tumbuh dan berkembang mengikuti siklus alami sebagaimana hujan yang turun di musim penghujan. Rekayasa manusia untuk menurunkan hujan di musim panas, tak banyak memberi dampak besar dan bisa mempengaruhi siklus alami.

Kemajuan ilmu pengetahuan, membuat pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia bisa dilakukan secara massif dan dalam skala yang besar. Eksploitasi alam ini pula yang membuat daya dukung alam terhadap fenomena dan siklus alami alam menurun.

Selain eksploitasi alam yang membuat daya dukung alam menurun terhadap fenomena dan siklus alam. Di sisi lain, ada budaya-budaya masyarakat yang masih belum ramah lingkungan, terutama dalam pengelolaan sampah.

Karenanya, setelah fenomena hujan yang turun banyak diikuti dengan bencana alam di berbagai daerah, isu soal eksploitasi alam dan pengelolaan sampah menjadi salahsatu isu utama masalah lingkungan hidup.

Hujan yang diikuti bencana alam, telah membangkitkan alam sadar manusia akan adanya ketidakseimbangan alam akibat eksploitasi alam yang berlebihan dan juga budaya pengelolaan sampah yang salah. Namun, kesadaran ini belum sepenuhnya ada di masyarakat. Karena, faktanya saat ini belum ada upaya-upaya besar dari semua pihak untuk merubah pola eksploitasi alam dan pengelolaan sampah yang baik.

Selama hujan masih mengundang kecemasan umat manusia, bisa diartikan manusia belum bisa melakukan pola eksploitasi alam yang menganut asas keseimbangan alam dan budaya pengelolaan sampah masih belum dilakukan dengan baik. Hujan, sejatinya turun membasahi bumi membawa berkah dan rahmat bagi umat manusia.

Jika manusia telah mampu menerapkan pola-pola eksploitasi alam yang baik dengan menjaga keseimbangan alam serta melakukan pengelolaan sampah yang baik. Tentunya, hujan yang turun membasahi bumi tak akan mengundang kecemasan dan ketakutan akan bencana.

Sejatinya, bencana alam adalah sebuah cara alam merekonstruksi diri atas berbagai kerusakan yang timbul dari ulah manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam. Alam, menetapkan hukumnya sendiri, mengatur dan menempatkan dirinya sendiri. Seperti halnya air yang mengalir ke tempat yang rendah, ini adalah hukum alam. Tak elok kiranya menyalahkan alam tatkala manusia menabrak hukum dan aturan-aturan alam.

Manusia, hanyalah bagian kecil dari sistem alam. Hanya, lebihnya manusia diberi akal dan fikiran untuk menggali ilmu pengetahuan. Kelebihan akal dan fikiran inilah harusnya membuat manusia bisa hidup berdampingan dengan alam.

Lewat ilmu pengetahuan, manusia bisa belajar soal prilaku dan hukum-hukum alam. Lewat ilmu pengetahuan pula manusia harusnya bisa menerapkan pola hidup ramah lingkungan. Dengan begitu, fenomena-fenomena dan siklus alam biasa, harusnya tak lagi menjadi sebuah kecemasan bagi umat manusia.

Hujan pun, akan dimaknai secara utuh sebagai berkah dan rahmat dari Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam beserta isinya termasuk manusia. Maha Besar Allah SWT dengan segala ciptaan-Nya. (Wallahualam).

Pos terkait