Makna ‘Ngaliwet’ Dalam Budaya Sunda

  • Whatsapp
Wakil Bupati GArut Helmi Budiman saat menggelar acara liwetan di lapangan Setda Garut beberapa waktu lalu

BUDAYA, KABARNUSANTARA.ID – Siapa yang tak kenal budaya ngaliwet? Budaya makan nasi bareng diatas alas daun pisang ini sudah turun temurun dilakukan di Indonesia. Terutama di tataran Sunda.

Ngaliwet sendiri sebenarnya bukanlah dari budayanya, tapi dari cara membuatnya. Proses pembuatan nasi liwet sunda disebut “ngaliwet”.

Bacaan Lainnya

Ngaliwet dalam tatar Sunda umumnya memakai ketel atau panci, dimasak bersama bumbu-bumbu namun tanpa santan.

Bumbunya antara lain garam, bawang merah, bawang putih, daun salam, sereh, lengkuas, cabe dan minyak kelapa.

Di balik kelezatannya, nasi liwet khas sunda menyimpan cerita. Berasal dari kehidupan masyarakat perkebunan, nasi liwet sunda lahir dari alasan penghematan.

Diceritakan bahwa dahulu masyarakat di Tanah sunda untuk mencapai perkebunannya harus melewati jarak yang cukup jauh. Setelah sampai kebun pun, jauh dari sumber makanan.

Oleh karena itu nasi liwet dibawa dengan tempat memasak, ketel atau kastrolnya yang tertutup rapat.

Maksud hal tersebut ialah agar nasi yang sudah bercampur lauk tersebut tahan lama dari pagi hingga siang, bahkan tetap hangat dimakan. Jika ingin memanaskan pun cukup menaruh ketelnya langsung diatas pembakaran.

Lauk yang biasa dimasukkan ke dalam nasi liwet khas Sunda juga khas, dan berbeda dengan lainnya. Seperti ikan peda merah, ikan kembung yang sudah dipindang, bisa juga ikan asin.

Semuanya dimasak bersama nasi setengah matang tanpa menggunakan santan. Uniknya dari sejarah munculnya nasi liwet sunda yang merupakan sebuah penghematan dari kalangan bawah, kini panganan tersebut menjelma di restoran-restoran modern.

Banyak yang menyukai jenis liwetan ini dengan langsung disajikan dalam ketelnya. (*)

Penulis : Ade Indra

Editor : Slamet Timur

Pos terkait