Mengharukan, Tukang Senso dan Empat Anaknya Tinggal di Rumah Nyaris Roboh

  • Whatsapp
Beginilah kondisi rumah Riki, tukang senso warga Girimukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. (Foto: Atu RF)

GARUT|KABARNUSANTARA.ID – Rumah keluarga Riki Solah (37) tukang senso warga Kampung Babakan Cilamo RT 2 RW 3, Desa Girimukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sugguh mengharukan. Rumah panggung berukuran 4 x 5 itu, bukan hanya bocor di sana-sini dan kondisnya sangat kumuh, tapi juga nyarus runtuh.

Bacaan Lainnya

Posisinya agak miring sebab tiang-tiangnya sudah patah. Jika ada angin kencang menerjang atau gempa mengguncang, bukan tak mungkin rumah itu runtuh.

Kondisi atapnya pun sangat memprihatinkan. Genting sebagian sudah acak-acakan. Sementara bagian genting yang bolong, ditambal dengan seng yang sudah karatan.

Baca juga:

Kompak, Warga Babakan Jati Sisihkan Dana Pribadi Bangun Rumah Tetangga Tak Mampu

Namun Riki dan istrinya, Eli (39), hanya bisa pasrah. Pasalnya, jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk makan sehari-hari pun sering tak mencukupi. Oleh karena itu, meskipun tak nyaman dan tahu bahwa kondisi rumah membahayakan, pasangan suami istri bersama empat anaknya ini tetap bertahan.

“Kami hanya bisa pasrah akan nasib dan hanya bisa berdoa semoga Allah melindungi kami sekeluarga,” kata Riki saat ditemui, Minggu (7/7/2019).

Ia memaparkan, penghasilannya sebagai tukang senso atau gergaji kayu, sangat tak menentu. Menurutnya, tak tiap hari ia mendapatkan pekerjaan.

“Kalau yang punya senso nyuruh, baru saya bisa kerja, kalau tidak ya menganggur,” ujar Riki.

Terkadang pula Riki jadi buruh tani di sawah atau di kebun. Tapi itu pun hanya sewaktu-waktu, tergantung suruhan orang.

Sementara Eli mengaku sangat sedih jika melihat keempat anaknya. Dengan kondisi rumah tak layak huni seperti itu, kalau malam dinginnya terasa sekali sebab angin langsung masuk lewat dinding anyaman bambu yang bolong-bolong dan jebol.

“Yang paling sengsara kalau hujan, karena di sana-sini bocor, di dalam rumah ikut basah seperti kebanjiran. Kami terpaksa tidur berkumpul di bagian yang tidak bocor,” ujarnya.

Baca juga:

Pemuda Nekat di Garut Ini, Jarah Rumah Janda dan Memperkosanya

Kendati demikian Riki mengaku gembira dengan perhatian pemerintah sekarang terhadap warga miskin. Dengan adanya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), keluarganya kini mendapatkan jatah beras dan telur gratis.

“Namun karena keluarga saya banyak, beras jatah tersebut paling bertahan lima hari. Ke sananya ya terpaksa harus beli,” ujar Eli.

Baik Eli maupun Riki berharap mendapatkan bantuan RLTH dari pemerintah agar rumahnya bisa diperbaiki.

Reporter : Atu RF
Editor : Mustika

Pos terkait