PCTAA Menolak Keras Ajakan Jihad Berdarah Melawan Pemerintah

  • Whatsapp

JAKARTA, KABARNUSANTARA.ID – Puluhan warga yang tergabung dalam Paguyuban Cinta Tanah Air (PCTA) menggelar deklarasi damai menolak keras arogansi Organisasi Front Pembela Islam (FPI) dan ajakan jihad berdarah yang digaungkan oleh ormas yang dianggap sebagai pemecah belah bangsa. Deklarasi tersebut, digelar pada Rabu, 10 Desember 2020 tepat di kediaman Koordinator Paguyuban Cinta Tanah Air, Cianjur, Jawa Barat.

Dalam Deklarasi tersebut, masyarakat yang tergabung dalam Paguyuban Cinta Tanah Air (PCTA) juga membawa sejumlah spanduk yang bertuliskan “Paguyuban Cinta Tanah Air Menolak keras Ajakan Jihad berdarah dan Organisasi Pemecah Belah Bangsa”.

Bacaan Lainnya

Ridwan Fakhrurozi, Koordinator PCTA , mengatakan, Deklarasi tersebut bermula dari Gerakan spontanitas dan hati Nurani masyarakat yang mulai resah dengan keberadaan Organisasi Front Pembela Islam (FPI) ini.

“Deklarasi ini murni tidak ada yang membiayai, murni panggilan hati nurani selaku warga Indonesia yang ingin negaranya tetap aman dan tentram,” jelasnya.

Bahkan pihak Paguyuban Cinta Tanah Air (PCTA) menilai, FPI merupakan organisasi yang seringkali memecah belah persatuan masyarakat Indonesia. Sehingga, dia meminta FPI tak lagi melakukan aksi dan provokasi yang memecah belah bangsa.

“Dia selalu melakukan provokasi, paling bahaya provokasi yang mudah memecah belah bangsa ini dari sisi agama, karena agama itu paling sensitif. Bila memang masih tetap seperti itu kami akan melakukan aksi sebagai tindak lanjut dari deklarasi ini,” ujarnya.

Dari deklarasi tersebut, ada beberapa poin yang kemudian disuarakan. Itu antara lain menolak dengan tegas bentuk paham dan gerakan radikalisme yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, Menolak keras ajakan jihad berdarah HRS untuk melawan pemerintah, menuntut kepolisian agar bertindak tegas atas kasus-kasus HRS, lalu, menolak tegas segala bentuk ujaran kebencian, fitnah, adu domba serta kata-kata yang bertentangan dengan etika, nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berlaku. Terakhir, menolak kedatangan tokoh-tokoh radikal di bumi Indonesia.

Pos terkait