Resesi Dan Pengertiannya

  • Whatsapp
Ilustrasi. Kinerja ekonomi dunia. Pixabay.com

EKONOMI KABARNUSANTARA.ID – Resesi ramai diperbincangkan akhir-akhir ini. lalu apa arti dari Resesi?
Resesi adalah situasi yang terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Resesi akan terus berlanjut jika pada kuartal selanjutnya ekonomi masih negatif. Negara dapat dikatakan berhasil keluar dari resesi ketika ekonominya sudah bisa tumbuh positif lagi.

Bacaan Lainnya

Pada saat ini Indonesia hampir masuk Resesi. Pasalnya, di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia minus -5,32% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu.

Indonesia akan masuk resesi jika pada kuartal III-2020 ekonomi masih negatif. Pemerintah perlu membuat gebrakan selama tiga bulan ke depan supaya resesi di Indonesia tidak terjadi.

lalu apa beda Resesi dengan Krisis dan Depresi

Resesi ekonomi beda dengan krisis, apalagi dengan depresi ekonomi. Krisis adalah keadaan yang mengacu pada penurunan kondisi ekonomi drastis yang terjadi di sebuah negara.

Penyebab krisis ekonomi adalah fundamental ekonomi yang rapuh yang tercermin dari laju inflasi  yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang macet.

Penyebabnya dikarenakan beban utang luar negeri yang melimpah dan melebihi kemampuan bayar, investasi yang tidak efisien, defisit neraca pembayaran yang besar yang tidak terkontrol.

Gejala krisis ekonomi biasanya didahului oleh penurunan kemampuan belanja pemerintah, jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi atau daya beli rendah, kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung drastis dan tajam, dan penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.

Krisis ekonomi biasanya mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, angka pengangguran naik, pemerintah kesulitan membiayai belanja, dan harga kebutuhan naik tajam.

Sedangkan depresi ekonomi, tidak ada definisi standar tentang perbedaan antara resesi dengan depresi. Tetapi, depresi ekonomi biasanya lebih parah dalam hal besarnya dan lamanya kontraksi ekonomi.

Dikutip dari Fortune, terdapat perbedaan yang jelas dalam penurunan PDB dan jangka waktu krisis antara resesi dengan depresi.

Dalam resesi, penurunan PDB berada di kisaran -0,3% hingga -5,1%. Di Amerika Serikat (AS) contohnya, penurunan PDB paling parah (-5,1%) terjadi lebih dari sepuluh tahun lalu yaitu pada Desember 2007-Juni 2009. Untuk penurunan PDB paling rendah berada di -0,3% terjadi pada Maret-November 2001.

Sedangkan dalam istilah depresi, penurunan PDB berada di kisaran -14,7% hingga -38,1%. Penurunan PDB terburuk di AS (-38,1%) terjadi pada Januari 1920- Januari 1921. Untuk penurunan PDB paling rendah berada di -14,7% terjadi pada Januari 1910-Januari 1912. Secara sekilas, nampak bila penurunan PDB pada depresi ekonomi jauh lebih buruk daripada resesi.

Selain perbedaan besar penurunan PDB, jangka waktu krisis juga menentukan perbedaan antara resesi dengan depresi. Pada resesi, jangka waktu atau lamanya krisis berlangsung selama 6-18 bulan. Sedangkan untuk depresi, lamanya krisis berlangsung antara 18-43 bulan. Dengan kata lain, depresi ekonomi merupakan kondisi yang jauh lebih parah dari resesi.

Pos terkait